Sang Pemenang atau Si Pecundang???

By | 20.41 Leave a Comment
Hidup itu pilihan. Menjadi Sang Pemenang atau Si Pecundang. Menjadi pemenang akan selalu dikenang dengan penuh penghormatan, sedangkan kenangan yang diberikan kepada pecundang akan penuh dengan pelecehan yang menyakitkan. Pilih yang mana, itu terserah anda. Jika memilih jalan sebagai sang pemenang, maka sesorang harus mempersiapkan segala jiwa dan raganya demi menghadapi persaingan kehidupan yang semakin berat. Jika memenangi persaingan itulah, sesorang akan dinamakan sang pemenang. Dan persaingan yang dimaksud disini bukanlah perebutan menjadi yang nomer satu dengan segala cara tanpa norma, yang dalam ilmu politik disebut dengan sebutan Marchievelly, yaitu politik penghalalan segala cara. Persaingan yang dimaksud adalah persaingan melawan diri sendiri. Sebagaimana apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW ketika menghadapi peperangan yaitu melawan hawa nafsu atau menggunakan bahasa sosial ialah menaklukkan egoisme sosial. Egoisme sosial adalah sebuah sikap acuh tak acuh terhadap kondisi lingkungan sekitar, yaitu hidup seenaknya dan tak perduli terhadap orang lain. Inilah musuh utama yang harus dikalahkan oleh seseorang yang ingin menjadi sang pemenang kehidupan. Jika musuh utama tersebut sudah dapat ditaklukkan, maka tinggal menunggu waktu untuk dikatakan sebagai sang pemenang oleh manusia-manusia lainnya. Seperti apa yang telah diapresiasikan terhadap mantan presiden kita yang ke-4, K.H Abdurrahman Wahid ad-Dakhil. Beliau mampu membunuh egoisme dalam dirinya sehingga mampu memberikan banyak hal kepada banyak manusia dari berbagai golongan dengan mengedepankan faktor kemanusiaan dan mengesampingkan latar belakangnya. Terbukti setelah kematiannya semua golangan banyak menyebut beliau sebagai sang pahlawan, bahkan menyebutnya sebagai Guru Bangsa. Dari Umat, Kongkhucu, Kristen, Buddha, pelaut, petani, politisi para intelektual dan semua jenis golongan dibangsa ini berterimakasih atas kontribusi yang telah diberikan. Dan orang seperti inilah yang menurut penulis sebagai ahli surga. Sebab Tuhan berfirman bahwa prasangka Allah atas prasangka hambanya. Dan salah satu contoh manusia yang telah kalah terhadap egoisme sosialnya adalah para koruptor. Mereka tak peduli terhadap apa yang telah dilakukan bahwa akan menghancurkan bangsa serta menyiksa rakyat secara perlahan. Yang ada dibenak mereka adalah keuntungan pribadi dan kelompok semata. Merekalah manusia yang tak mampu menjadi manusia, pecundang yang pantasnya menjadi hewan. Koruptor itu pecundang nyata yang perlu ditendang dari arena kehidupan kemanusiaan. Karena mereka siluman hewan yang sedang menjelma manusia untuk mengisi perut-perut mereka sampai buncit. Hancriiit!!! Dari sinilah kemudian kita tahu siapa yang terhormat dan siapa yang terlaknat. Yang terhormat bukan pejabat atau yang terlaknat itu rakyat melarat. Tidak. Sekali lagi tidak. Yang terhormat adalah mereka-mereka yang memenangi egoisme sosialnya sehingga menjadi manusia yang mampu menghormati manusia lainnya. Inilah manusia terhormat. Dan memang kebanyakan para pejabat itu terlaknat. Karena mereka hanya mementingkan dirinya sendiri. Akhirnya, menjadi sang pemenang bukanlah mengalahkan orang lain, tapi mampu mengalahkan sesuatu yang ada dalam diri. Atau seperti pesan Sang Pemenang sejati, Muhammad SAW bahwa yang dinamakan kuat bukan mereka yang mampu mengalahkan musuhnya, tapi yang mampu mengendalikan amarahnya. Sekarang terserah kita, mau menjadi Sang pemenang atau Si Pecundang?!!

0 komentar:

Posting Komentar