Berialah
Aku sepuluh orang tua, akan Aku runtuhkan gunung-gunung. Berilah Aku sepuluh
Pemuda, maka akan Aku goncang Dunia (Ir. Soekarno).
Kalimat
di atas sudah sering kita dengar. Dan banyak kalimat sejenis lainnya yang
intinya tentang urgensi pemuda dalam kehidupan. Bahkan sejarah nasional telah
membuktikan bahwa pemudalah yang selalu berdiri di depan dalam menghadapi setiap
persoalan bangsa, baik pada masa perjuangan kemerdekaan, masa mempertahankan
kemerdekaan, masa transisi sampai masa reformasi pada saat sekarang ini.
Entah
karena hal itulah kemudian, banyak partai-partai politik dalam menghadapi
pemilu pada ujung 2013 dan awal 2014 membuat sayap organisasi kepemudaan dan
kemahasiswaan. Dan banyak pemuda dan mahasiswapun yang berbondong-bondong untuk
ikut aktif dalam organisasi sayap partai tersebut.
Sebut
saja partai Nasdem dengan Liga Mahasiswanya, Golkar dengan AMPI-nya, dan
partai-partai lain serta sayap-sayap partai lainnya yang dikhususkan untuk pemuda
dan Mahasiswa.
Fenomena
tersebut bisa di bilang baru terjadi di Indonesia. Tentu saja harapan kita akan
fenomena tersebut adalah terciptanya iklim politik demokratis yang menjunjung
nilai-nilai pancasila dan adat kesopanan.
Namun
di balik itu semua harus di akui akan adanya efek positif dan negative dari
terjunnya para pemuda dan mahasiswa ke medan sayap partai politik-praktis.
Tentu saja efek positif dan negatif tersebut harus segera kita sadari dan yang
negatif bisa di buatkan langkah antisipatif.
HARAPAN
Sistem
politik nasional kita bisa di bilang buruk. Salah satu yang menjadi sorotan
adalah system kaderisasi partai yang jarang mengorbitkan para politisi muda.
Buktinya, sejak pasca reformasi pada tahun 1998 sampai saat ini, yang selalu
tampil selalu saja tokoh tua. Meski akhir-akhir ini sudah mulai lahir
politisi-politisi muda seperti Muhaimin Iskandar (Menristek dan ketua umum
PKB), Anas Urbaningrum (Ketua umum Demokrat), Edi Baskhoro Yudhuyono (Sekjen
Demokrat) serta Puan Maharani (PDIP) dan tokoh independen seperti ketua KPK,
Abraham Shamad.
Dan
terjunnya para pemuda dan mahasisiwa ke sayap-sayap partai politik akan
memperbaiki proses kaderisasi kepemimpinan di negri ini. Selain itu, idealisme
para mahasisiwa diharapkan mampu menjadi semacam SMADAV yang akan membunuh
firu-firus Demokrasi seperti Money politik dan institusi pemerintahan yang
tidak transparan alias tertutup sehingga menyebabkan timbulnya tindakan
koruptif oleh para pejabat.
Jika
demikian, terciptalah sebuah iklim politik yang baik serta pemerintahan yang
transparan layaknya system demokrasi yang kita harapkan. Ditambah dengan
kalaborasi antara politisi muda dan tua, akan melahirkan sebuah pemikiran
positif bagaimana memperbaiki bangsa yang pernah jaya ketika masih bernama
Nusantara.
Tentu
efek positif tersebut tidak serta merta terjadi begitu saja tanpa didorong
dengan sebuah usaha yang baik dari seluruh elemen bangsa yang masih mencintai
negri ini. Misalnya dengan proses kaderisasi yang kompetitif oleh partai, baik
yang ada dipemerintahan maupun diluar pemerintahan dengan cara tidak
mencontohkan citra yang negatif seperti melakukan tindakan koruptif,
gratifikasi dan tidak hadir dalam rapat bagi yang duduk di meja DPR.
KEKHAWATIRAN
Bahkan
kemungkinan efek negatif dari fenomena perpolitikan negri ini dirasa cukup
membahayakan system demokrasi yang belum maksimal ini. Efek negatif ini bahkan
akan mengancam eksistensi bangsa kedepannya.
Kenapa
penulis bertanya demikian??? Sebab diakui atau tidak para politisi kita masih
menunjukkan citra yang negatif misalnya dengan maraknya tindakan korupsi yang
dilakukan oleh anggota partai di parlemen. Dan selama ini yang menjadi agen
of social control dari tindakan pemerintah yang bejat itu berasal dari
kelompok muda dan mahasiswa. Mereka selalu di depan menuntut agar pejabat
pemerintahan yang melakukan kesalahan di adili sesuai undang-undang. Jika
mereka semua terjun ke dunia politik praktis siapakah yang akan mengontrol
pemerintahan kita secara independen.
Inilah
letak permasalahannya. Sebab, sudah menjadi fakta bahwa mantan aktifis
mahasiswa yang terjun ke dunia politik praktis tidak dapat mempertahankan
idealismenya. Mereka seakan tidak mampu melawan system. Maka jangan heran jika
kemudian Anas Urbaningrum, Muhaimin Iskandar dan Andi Malarangeng terjerat
kasusu korupsi. Padahal selama ini Anas Urbaningrum dikenal sebagai mantan
ketua sebuah organisasi kemahasiswaan terbesar dinegri ini.
Itulah
kekhawatiran ketika mahasiswa dan pemuda terjun langsung menjadi kaki-tangan
partai politik dengan terjun di organisasi sayapnya. Jika yang terjadi adalah
seperti para pendahulu mereka, maka akan semakin kacaulah Negara kita. Sebab
dengan umur yang masih muda mereka akan memiliki waktu yang cukup panjang untuk
terus ada dalam lingkaran setan.
Oleh
karena itulah, dengan waktu yang terbilang cukup panjang, sekitar satu tahun
mendatang pemilihan akan kita gelar, alangkah baiknya jika para senior politisi
benar-benar melakukan pengkaderan yang baik agar melahirkan pemuda politisi
sekaligus negarawan hebat.
Semoga
fenomena ini bisa membawa berkah bagi kemajuan bangsa kita. Semoga para pemuda
yang terjun ke dunia politik praktis tetap menjaga idealismenya dimanapun
berada, terutama ketika berada dalam system pemerintahan.
tp harapan itu blum terlaksana sbab yg di incar para aktifis yg masuk sayap partai it hanyalah mengejar posisi n uang tentux ........... udh tau sendiri kan anda ... haha
BalasHapusTapi Harapan harus tetap ada sebagai nayawa perjuangan.
BalasHapus