Pemuda Dan Partai Politik

By | 05.03 2 comments
Berialah Aku sepuluh orang tua, akan Aku runtuhkan gunung-gunung. Berilah Aku sepuluh Pemuda, maka akan Aku goncang Dunia (Ir. Soekarno).

Kalimat di atas sudah sering kita dengar. Dan banyak kalimat sejenis lainnya yang intinya tentang urgensi pemuda dalam kehidupan. Bahkan sejarah nasional telah membuktikan bahwa pemudalah yang selalu berdiri di depan dalam menghadapi setiap persoalan bangsa, baik pada masa perjuangan kemerdekaan, masa mempertahankan kemerdekaan, masa transisi sampai masa reformasi pada saat sekarang ini.

Entah karena hal itulah kemudian, banyak partai-partai politik dalam menghadapi pemilu pada ujung 2013 dan awal 2014 membuat sayap organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan. Dan banyak pemuda dan mahasiswapun yang berbondong-bondong untuk ikut aktif dalam organisasi sayap partai tersebut.

Sebut saja partai Nasdem dengan Liga Mahasiswanya, Golkar dengan AMPI-nya, dan partai-partai lain serta sayap-sayap partai lainnya yang dikhususkan untuk pemuda dan Mahasiswa.

Fenomena tersebut bisa di bilang baru terjadi di Indonesia. Tentu saja harapan kita akan fenomena tersebut adalah terciptanya iklim politik demokratis yang menjunjung nilai-nilai pancasila dan adat kesopanan.

Namun di balik itu semua harus di akui akan adanya efek positif dan negative dari terjunnya para pemuda dan mahasiswa ke medan sayap partai politik-praktis. Tentu saja efek positif dan negatif tersebut harus segera kita sadari dan yang negatif bisa di buatkan langkah antisipatif.

HARAPAN

Sistem politik nasional kita bisa di bilang buruk. Salah satu yang menjadi sorotan adalah system kaderisasi partai yang jarang mengorbitkan para politisi muda. Buktinya, sejak pasca reformasi pada tahun 1998 sampai saat ini, yang selalu tampil selalu saja tokoh tua. Meski akhir-akhir ini sudah mulai lahir politisi-politisi muda seperti Muhaimin Iskandar (Menristek dan ketua umum PKB), Anas Urbaningrum (Ketua umum Demokrat), Edi Baskhoro Yudhuyono (Sekjen Demokrat) serta Puan Maharani (PDIP) dan tokoh independen seperti ketua KPK, Abraham Shamad.

Dan terjunnya para pemuda dan mahasisiwa ke sayap-sayap partai politik akan memperbaiki proses kaderisasi kepemimpinan di negri ini. Selain itu, idealisme para mahasisiwa diharapkan mampu menjadi semacam SMADAV yang akan membunuh firu-firus Demokrasi seperti Money politik dan institusi pemerintahan yang tidak transparan alias tertutup sehingga menyebabkan timbulnya tindakan koruptif oleh para pejabat.

Jika demikian, terciptalah sebuah iklim politik yang baik serta pemerintahan yang transparan layaknya system demokrasi yang kita harapkan. Ditambah dengan kalaborasi antara politisi muda dan tua, akan melahirkan sebuah pemikiran positif bagaimana memperbaiki bangsa yang pernah jaya ketika masih bernama Nusantara.

Tentu efek positif tersebut tidak serta merta terjadi begitu saja tanpa didorong dengan sebuah usaha yang baik dari seluruh elemen bangsa yang masih mencintai negri ini. Misalnya dengan proses kaderisasi yang kompetitif oleh partai, baik yang ada dipemerintahan maupun diluar pemerintahan dengan cara tidak mencontohkan citra yang negatif seperti melakukan tindakan koruptif, gratifikasi dan tidak hadir dalam rapat bagi yang duduk di meja DPR.

KEKHAWATIRAN

Bahkan kemungkinan efek negatif dari fenomena perpolitikan negri ini dirasa cukup membahayakan system demokrasi yang belum maksimal ini. Efek negatif ini bahkan akan mengancam eksistensi bangsa kedepannya.

Kenapa penulis bertanya demikian??? Sebab diakui atau tidak para politisi kita masih menunjukkan citra yang negatif misalnya dengan maraknya tindakan korupsi yang dilakukan oleh anggota partai di parlemen. Dan selama ini yang menjadi agen of social control dari tindakan pemerintah yang bejat itu berasal dari kelompok muda dan mahasiswa. Mereka selalu di depan menuntut agar pejabat pemerintahan yang melakukan kesalahan di adili sesuai undang-undang. Jika mereka semua terjun ke dunia politik praktis siapakah yang akan mengontrol pemerintahan kita secara independen.

Inilah letak permasalahannya. Sebab, sudah menjadi fakta bahwa mantan aktifis mahasiswa yang terjun ke dunia politik praktis tidak dapat mempertahankan idealismenya. Mereka seakan tidak mampu melawan system. Maka jangan heran jika kemudian Anas Urbaningrum, Muhaimin Iskandar dan Andi Malarangeng terjerat kasusu korupsi. Padahal selama ini Anas Urbaningrum dikenal sebagai mantan ketua sebuah organisasi kemahasiswaan terbesar dinegri ini.

Itulah kekhawatiran ketika mahasiswa dan pemuda terjun langsung menjadi kaki-tangan partai politik dengan terjun di organisasi sayapnya. Jika yang terjadi adalah seperti para pendahulu mereka, maka akan semakin kacaulah Negara kita. Sebab dengan umur yang masih muda mereka akan memiliki waktu yang cukup panjang untuk terus ada dalam lingkaran setan.

Oleh karena itulah, dengan waktu yang terbilang cukup panjang, sekitar satu tahun mendatang pemilihan akan kita gelar, alangkah baiknya jika para senior politisi benar-benar melakukan pengkaderan yang baik agar melahirkan pemuda politisi sekaligus negarawan hebat.

Semoga fenomena ini bisa membawa berkah bagi kemajuan bangsa kita. Semoga para pemuda yang terjun ke dunia politik praktis tetap menjaga idealismenya dimanapun berada, terutama ketika berada dalam system pemerintahan.

2 komentar: Leave Your Comments

  1. tp harapan itu blum terlaksana sbab yg di incar para aktifis yg masuk sayap partai it hanyalah mengejar posisi n uang tentux ........... udh tau sendiri kan anda ... haha

    BalasHapus
  2. Tapi Harapan harus tetap ada sebagai nayawa perjuangan.

    BalasHapus