Partai Pemenang Pemilu 2013

By | 05.24 Leave a Comment

KPU telah menetapkan dan memutuskan nomor urut partai peserta pemilu 2013 nanti; Partai Nasdem, PKB, PKS, PDI-P, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, PAN, PPP, Partai Hanura. Dari 10 partai Nasional ini, hanya Partai Nasional Demokrat (Partai Nasdem) sebagai satu-satunya partai baru peserta pemilu setelah partai-partai baru lainnya tidak memenuhi persyararatan yang telah di tetapkan KPU.

Penetapan nomer oleh KPU tersebut diupayakan dikaitkan dengan legitimasi ideologis-agamis, mistis-kosmologis. Para pengurus parpol akan berupaya menghubungkan tautan-tautan legitimasi simbolik untuk meyakinkan pemilih bahwa nomer urut mereka yang paling ideal. Diprediksi, calon pemilih akan dibanjiri sosialisasi nama-nama partai beserta klaim simboliknya dari pada digerojok program-program partai. (Kris Nugroho, Jawa Pos, 16 Januari).

Hal demikian wajar-wajar saja apabila memang mencerminkan ideologi, visi dan misi partainya. Jika tidak, maka partai tersebut bisa dibilang melanggar asas kejujuran dan masuk dalam kategori kebohongan publik karena telah menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak memiliki kaitan apa-apa dengan parpolnya.

Selain itu yang perlu diperhatikan oleh parpol ketika mengaitkan nomer partainya dengan legitimasi ideologis-agamis dan mistis-kosmologis hendaknya tidak mengesampingkan asas saling mengargai satu partai dengan partai lainnya atau salah satu tokoh kader partai dengan kader partainya. 

Mereka, para pengurus parpol bebas untuk memaknai nomer partainya dengan tujuan meraih simpati dari masyarakat ketika pemilu asal tidak mencederai pancasila sebagai dasar negara Indonesia serta seluruh norma-norma masyarakat Indonesia.

Namun, para pengurus parpol yang nantinya akan memperjuangkan parpolnya, seharusnya menyadari lebih jauh tentang pola fikir masyarakat yang semakin kritis untuk menentukan partai mana yang harus mendapatkan dukungan suaranya.

Contoh kasus adalah ketika terpilihnya pasangan Jokowi-Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012 silam. Pasangan ini mendapat serangan SARA dari rival politiknya. Namun tetap saja Jokowi-Ahok memenangkan pemilu pada waktu itu. Sebab masyarakat saat ini sudah mulai menyadari siapakah yang pantas memimpinnya, tanpa harus mempersoalkan latar belakangnya agama dan sukunya.

Oleh karena itulah parpol harus benar-benar mempersiapkan diri bukan hanya dengan jargon-jargon, namun dengan program-program pemberdayaan masyarat sehingga akan menarik simpati untuk memilih partai.

Pemenang Pemilu 2014

Bukan mau meramalkan atau menebak-nebak siapakah pemenang pemilu 2014 nanti. Hanya saja akan memberikan sedikit kriteria kepantasan parpol seperti apakah yang seharusnya menjadi pemenang; pemenang pemilu, pemenang mengahadapi serangan koruptor dan kejahatan yang berpotensi mengahancurkan negara Indonesia.

Pertama, tentu adalah partai yang memiliki visi dan misi jelas untuk menyelasaikan semua silang-sengkarut permasalahan negri ini. Dan ini bukan hanya bisa dilihat dari visi dan misi yang terpampang dalam AD/ART partainya. Namun dari kebijakan parpolnya terhadap semua permasalahan bangsa yang terjadi, misalnya kebijakan partai terkait dengan kasus Bank Century. Sebab dari 10 partai peserta pemilu 2013 nanti, 09 diantaranya merupakan parpol di parlemen.

Kedua, adalah kader partai yang akan mengikuti pemilihan. Diakui atau tidak, parpol di negri ini tidak memiliki cukup kekuatan massa secara konstitusi. Namun lebih pada orang yang masuk dalam sebuah parpol. Artinya, yang memiliki kekuatan massa bukanlah institusi parpol, melainkan kader parpolnya.

Maka parpol memang harus dengan sungguh-sungguh mempersiapkan kader-kader dengan kapasitas dan kapibilitas kuat dalam penilaian masyarakat untuk di ikut-sertakan dalam proses pemilihan. Jika parpol memilih kader yang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat, apapun parpolnya akan sulit mendapatkan dukungan suara dari masyarakat.

Para kader partai yang pernah melakukan korupsi atau kesalahan sekecil apapun dimata masyarakat dan berniat lagi mencalonkan diri, sebaiknya tidak diterima untuk menggunakan partai politik apapun dan dari dapil manapun. Sebab hal itu malah akan menjadi boomerang bagi partai kendaraannya. Kader tersebut akan ditinggalkan masyarakat yang berakibat pada akumulasi perolehan partai secara nasional untuk kemudian dijadikan acuan persyaratan tidak dan bolehnya sebuah parpol ikut mencalonkan kadernya sebagai pemimpin bangsa ini.

Ketiga, adalah strategi kampanya-kampanya menumbuhkan harapan rakyat akan kepemimpinan dari dirinya atau dari kader parpolnya seperti yang dilakukan  oleh Obama ketika mencalonkan dirinya untuk pertama kali. Tentu janji-janji yang ditawarkan parpolnya harus rasional dan tidak terlalu muluk-muluk alias dengan kemampuan partainya selama ini. Metode yang demikian akan lebih menarik simpati massa untuk ikut serta memberikan suara pada parpol dan kadernya untuk memenangkan pemilu dari pada parpol-parpol yang terlalu menggembar-gemborkan janji-janji padahal tidak sesuai dengan kondisi partai dan keadaan para kadernya.

Dan untuk meyakinkan masyarakat terhadap janji-janji parpol lewat kader parpolnya bukan perkara mudah. Hal ini di sebabkan Rakyat mengalami trauma politik karena pengingkaran parpol dan kadernya ketika berkampanya dan ketika telah selesai masa pemilihan; rakyat merasa dibohongi.

Keempat, adab sopan santun dalam melakukan kampanye. Lagi-lagi untuk contoh ini, kita harus melihat fakta nyata dari Jokowi Ahok. Sebab dua orang ini terlihat sopan dan santun dalam berkampanye. Meski ada oknum yang melakukan kampanye tidak beradab dalam ukuran sebuah Negara demokratis (Diskriminasi SARA), pasangan ini terlihat tenang dan tidak balik melawan dengan kampanye bejat juga. Dan terbukti pasangan ini meraih kemenangan pada putaran kedua.

Itulah kriteria parpol yang akan mendulang suara melimpah pada pemilu 2014 nanti; Parpol dengan Visi dan Misi Jelas dan sesuai dengan apa yang diinginkan rakyat selama ini, parpol dengan kader dengan kapasitas dan kapabilitas baik dimata masyrakat, parpol dengan strategi kampanye yang akan membuat masyarakat ditengah seringnya kebohongan-kebohongan oleh parpol setiap akan pemilihan, serta tata cara dalam berkampanye mencari dukungan suara.

Semoga parpol lebih dewasa dalam melakukan aktifitas politiknya untuk berkompetisi pada pemilu 2013 dan 2014 nanti. Semoga!

0 komentar:

Posting Komentar