KPU telah menetapkan dan memutuskan nomor urut partai peserta pemilu 2013
nanti; Partai Nasdem, PKB, PKS, PDI-P, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai
Demokrat, PAN, PPP, Partai Hanura. Dari 10 partai Nasional ini, hanya Partai Nasional
Demokrat (Partai Nasdem) sebagai satu-satunya partai baru peserta pemilu
setelah partai-partai baru lainnya tidak memenuhi persyararatan yang telah di
tetapkan KPU.
Penetapan nomer oleh KPU tersebut diupayakan dikaitkan dengan legitimasi ideologis-agamis, mistis-kosmologis. Para pengurus parpol akan berupaya menghubungkan tautan-tautan legitimasi simbolik untuk meyakinkan pemilih bahwa nomer urut mereka yang paling ideal. Diprediksi, calon pemilih akan dibanjiri sosialisasi nama-nama partai beserta klaim simboliknya dari pada digerojok program-program partai. (Kris Nugroho, Jawa Pos, 16 Januari).
Penetapan nomer oleh KPU tersebut diupayakan dikaitkan dengan legitimasi ideologis-agamis, mistis-kosmologis. Para pengurus parpol akan berupaya menghubungkan tautan-tautan legitimasi simbolik untuk meyakinkan pemilih bahwa nomer urut mereka yang paling ideal. Diprediksi, calon pemilih akan dibanjiri sosialisasi nama-nama partai beserta klaim simboliknya dari pada digerojok program-program partai. (Kris Nugroho, Jawa Pos, 16 Januari).
Hal
demikian wajar-wajar saja apabila memang mencerminkan ideologi, visi dan misi
partainya. Jika tidak, maka partai tersebut bisa dibilang melanggar asas
kejujuran dan masuk dalam kategori kebohongan publik karena telah menyampaikan
sesuatu yang sebenarnya tidak memiliki kaitan apa-apa dengan parpolnya.
Selain
itu yang perlu diperhatikan oleh parpol ketika mengaitkan nomer partainya
dengan legitimasi ideologis-agamis dan mistis-kosmologis hendaknya tidak
mengesampingkan asas saling mengargai satu partai dengan partai lainnya atau
salah satu tokoh kader partai dengan kader partainya.
Mereka, para pengurus
parpol bebas untuk memaknai nomer partainya dengan tujuan meraih simpati dari
masyarakat ketika pemilu asal tidak mencederai pancasila sebagai dasar negara
Indonesia serta seluruh norma-norma masyarakat Indonesia.
Namun, para pengurus parpol yang
nantinya akan memperjuangkan parpolnya, seharusnya menyadari lebih jauh tentang
pola fikir masyarakat yang semakin kritis untuk menentukan partai mana yang
harus mendapatkan dukungan suaranya.
Contoh kasus adalah ketika terpilihnya pasangan Jokowi-Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012 silam. Pasangan ini mendapat serangan SARA dari rival politiknya. Namun tetap saja Jokowi-Ahok memenangkan pemilu pada waktu itu. Sebab masyarakat saat ini sudah mulai menyadari siapakah yang pantas memimpinnya, tanpa harus mempersoalkan latar belakangnya agama dan sukunya.
Oleh karena itulah parpol harus benar-benar mempersiapkan diri bukan hanya dengan jargon-jargon, namun dengan program-program pemberdayaan masyarat sehingga akan menarik simpati untuk memilih partai.
Pemenang Pemilu 2014
Bukan
mau meramalkan atau menebak-nebak siapakah pemenang pemilu 2014 nanti. Hanya
saja akan memberikan sedikit kriteria kepantasan parpol seperti apakah yang
seharusnya menjadi pemenang; pemenang pemilu, pemenang mengahadapi serangan
koruptor dan kejahatan yang berpotensi mengahancurkan negara Indonesia.
Pertama,
tentu adalah partai yang memiliki visi dan misi jelas untuk menyelasaikan semua
silang-sengkarut permasalahan negri ini. Dan ini bukan hanya bisa dilihat dari
visi dan misi yang terpampang dalam AD/ART partainya. Namun dari kebijakan
parpolnya terhadap semua permasalahan bangsa yang terjadi, misalnya kebijakan
partai terkait dengan kasus Bank Century. Sebab dari 10 partai peserta pemilu 2013
nanti, 09 diantaranya merupakan parpol di parlemen.
Kedua,
adalah kader partai yang akan mengikuti pemilihan. Diakui atau tidak, parpol di
negri ini tidak memiliki cukup kekuatan massa secara konstitusi. Namun lebih
pada orang yang masuk dalam sebuah parpol. Artinya, yang memiliki kekuatan
massa bukanlah institusi parpol, melainkan kader parpolnya.
Maka
parpol memang harus dengan sungguh-sungguh mempersiapkan kader-kader dengan
kapasitas dan kapibilitas kuat dalam penilaian masyarakat untuk di
ikut-sertakan dalam proses pemilihan. Jika parpol memilih kader yang tidak
sesuai dengan keinginan masyarakat, apapun parpolnya akan sulit mendapatkan
dukungan suara dari masyarakat.
Para
kader partai yang pernah melakukan korupsi atau kesalahan sekecil apapun dimata
masyarakat dan berniat lagi mencalonkan diri, sebaiknya tidak diterima untuk
menggunakan partai politik apapun dan dari dapil manapun. Sebab hal itu malah
akan menjadi boomerang bagi partai kendaraannya. Kader tersebut akan
ditinggalkan masyarakat yang berakibat pada akumulasi perolehan partai secara
nasional untuk kemudian dijadikan acuan persyaratan tidak dan bolehnya sebuah
parpol ikut mencalonkan kadernya sebagai pemimpin bangsa ini.
Ketiga,
adalah strategi kampanya-kampanya menumbuhkan harapan rakyat akan kepemimpinan
dari dirinya atau dari kader parpolnya seperti yang dilakukan oleh Obama ketika mencalonkan dirinya untuk
pertama kali. Tentu janji-janji yang ditawarkan parpolnya harus rasional dan
tidak terlalu muluk-muluk alias dengan kemampuan partainya selama ini. Metode
yang demikian akan lebih menarik simpati massa untuk ikut serta memberikan
suara pada parpol dan kadernya untuk memenangkan pemilu dari pada parpol-parpol
yang terlalu menggembar-gemborkan janji-janji padahal tidak sesuai dengan
kondisi partai dan keadaan para kadernya.
Dan
untuk meyakinkan masyarakat terhadap janji-janji parpol lewat kader parpolnya
bukan perkara mudah. Hal ini di sebabkan Rakyat mengalami trauma politik karena
pengingkaran parpol dan kadernya ketika berkampanya dan ketika telah selesai
masa pemilihan; rakyat merasa dibohongi.
Keempat,
adab sopan santun dalam melakukan kampanye. Lagi-lagi untuk contoh ini, kita
harus melihat fakta nyata dari Jokowi Ahok. Sebab dua orang ini terlihat sopan
dan santun dalam berkampanye. Meski ada oknum yang melakukan kampanye tidak
beradab dalam ukuran sebuah Negara demokratis (Diskriminasi SARA), pasangan ini
terlihat tenang dan tidak balik melawan dengan kampanye bejat juga. Dan
terbukti pasangan ini meraih kemenangan pada putaran kedua.
Itulah
kriteria parpol yang akan mendulang suara melimpah pada pemilu 2014 nanti;
Parpol dengan Visi dan Misi Jelas dan sesuai dengan apa yang diinginkan rakyat
selama ini, parpol dengan kader dengan kapasitas dan kapabilitas baik dimata
masyrakat, parpol dengan strategi kampanye yang akan membuat masyarakat
ditengah seringnya kebohongan-kebohongan oleh parpol setiap akan pemilihan,
serta tata cara dalam berkampanye mencari dukungan suara.
Semoga
parpol lebih dewasa dalam melakukan aktifitas politiknya untuk berkompetisi
pada pemilu 2013 dan 2014 nanti. Semoga!
0 komentar:
Posting Komentar