Sudah
menjadi semacam tradisi baru bagi remaja bangsa ini untuk ikut serta merayakan
valentine days setiap tanggal 14 Februari. Suatu hari yang identik dengan bunga
dan cokelat sebagai ungkapan kasih sayang dari seseorang terhadap pasangannya.
Valentine
days yang diartikan dengan hari besar kasih sayang memiliki energy positif
cukup besar untuk menciptakan sebuah kehidupan bermasyarakat yang penuh
cinta-kasih dan perdamaian. Energy positive tersebut hadir bersamaan dengan potensi
negative yang akan di timbulkan oleh Valentine days tersebut.
Selama
ini, valentine days hanya di laksanakan oleh para remaja dengan kesan
negatifnya. Misalnya istilah ML (Making
Love) yang seakan menjadi ritual di setiap perayaan ini. Padahal Valentine
days sebagai hari besar kasih sayang merupakan milik semua umat manusia tanpa
memandang usia dan latar belakang agama serta status sosialnya. Dan ini berarti
valentine days menyimpan hal positif bukan negative seperti yang selama ini
kita tangkap dari perayaan ini.
Valentine
days secara pelaksanaannya di negri ini menuai berbagai macam kontroversi.
Bahkan Islam mengharamkan merayakan valentine days dengan alasan tidak
mencerminkan nilai-nilai keislaman, masyarakat menilai sinis karena di anggap
membuang nilai-nilai norma kesusilaan.
Padahal
dari segi maknawi, tanpa maksud menghapus unsur sejarahnya, Valentine days,
hari besar kasih sayang seharusnya bisa menciptakan banyak nilai positif dari
banyak sisi. Selain itu, kasih sayang dapat di lakukan dan di berikan kepada
dan oleh siapapun saja, tidak melulu pemuda dengan kisah cintanya yang
menggebu-gebu dan kadang tak bisa memposisikan antara nafsu dan cintanya itu.
Bagi bangsa ini, kasih-sayang
menjadi kebutuhan mendasar yang menuntut untuk segera dibagikan dan dilakukan
bersama-sama. Bukti bahwa bangsa ini butuh kasih sayang adalah banyaknya
pertikaian yang tak terselesaikan. Seperti tawuran antar pelajar, pertikaian
berlatar-belakang faham agama seperti di Sampang tahun 2012 kemarin dan di Poso
yang tidak kunjung usai higga sekarang. Di Papua hampir tiap waktu terjadi
peperangan bersaudara, antar sesama bangsa Indonesia. Dan banyak sekali contoh
lain yang tak cukup ditulis dikertas terbatas ini.
Maka valentine days
menemukan momentum yang pas untuk dirayakan dengan penuh penghayatan. Pada
valentine days tahun 2013 ini — entah sudah edisi yang keberapa -- semestinya segenap masyarakat merayakan dan
menyebarkan kasih sayang kepada siapapun saja. Para pejabat merayakan valentine
days dengan melakukan tuntutan masyarakat, para rakyat hidup dalam kerukunan
dan semua bangsa Indonesia hidup bermasyarakat-berbangsa dan bernegara dengan
kasih sayang sebagai landasan dasarnya. Dan yang terpenting, Kasih sayang itu
harus diberikan kepada Negara Indonesia yang selama ini sering di jahati oleh
manusia-manusia tak berbudi pekerti, seperti siluman tikus bernama koruptor.
Jika kita melaksanakan budaya
valentine days dengan ritual bermanfaat dan bermartabat, maka tak ada alasan
apapun untuk melarang perayaan ini dengan berbagai alasan. Malah valentine days
bisa di jadikan sebagai momentum mengingat kembali akan indahnya kasih sayang
dalam kehidupan sosial.
Valentine
days dan Budaya Indonesia
Melalui
tata cara atau ritual Valentine days yang bermartabat dan bermanfaat tidak
salah kiranya jika kemudian budaya yang aslinya berasal dari Negara yang tentu
berkebudayaan lain dari bangsa Indonesia, melahirkan keharmonisan baru bagi
budaya bangsa Indonesia. Lebih jauh lagi, akan menjelma menjadi jembatan baru
untuk mengokohkan budaya bangsa.
Sebagaimana
pernah di sampaikan oleh sang proklamator bangsa Indonesia, Ir. Soekarno bahwa
budaya Indonesia adalah budaya gotong-royong; sebuah budaya berasaskan
kolektivitas untuk mencapai suatu keinginan. Budaya yang mengesampingkan banyak
hal demi ikatan persaudaraan sebangsa dan setanah air; Indonesia raya.
Untuk
dapat sampai pada tingkat manusia yang berjiwa gotong-royong, tak ada jalan
lain selain dengan sifat kasih sayang antar rakyat Indonesia. Sebab jika sifat
menebar kebencian, sifat tidak suka dan lain sebagainya, bukan malah melahirkan
manusia berjiwa gotong-royong, melainkan manusia yang akan selalu bertikai dan
bertikai tanpa henti.
Jika
demikian halnya, pantas jika Valentine days ini kita rayakan meski tetap saja
orang-orang yang menolak budaya ini akan berkilah bahwa kasih sayang tidak
terpaku pada tanggal 14 Februari saja. Tapi tiap waktu dan kapanpun saja, kasih
sayang harus di lakukan.
Namun
perlu digaris bawahi dan di fikir jauh bahwa Valentine days tak ubahnya
peringatan hari besar lainnya, seperti hari Qurban dan Hari kemerdekaan.
Padahal tiap waktu kita boleh dan bisa berkurban dan merdeka. Namun kenapa
tetap di laksanakan. Begitupun jawaban dengan hari valentine days.
Namun
perlu di tegaskan disini, valentine days itu harus di rayakan dan di laksanakan
melalui tata cara dan ritul yang – sekali lagi—bermartabat dan bermanfaat
seperti yang telah di contohkan di atas. Tanpa tata cara yang baik seperti yang
selama ini di laksanakan oleh para remaja kita, siapapun saja akan berkata
dengan lantang agar perayaan ini bisa di larang dengan alasan merusak mental
bangsa dan menghilangkan karakter kebangsaan pemuda-pemudi sebagai penerus
tanah Nusantara.
Akhirnya,
marilah kita rayakan Valentine days bersama-sama untuk menemukan kembali
kasih-sayang yang sudah lama hilang dari Negara remah ripah loh jenawi ini. Setelah kita temukan, maka kita pun
akan kembali mendapatkan jalan pulang menuju manusia yang bergotong royong
sebagai identitas manusia bangsa Indonesia. Selamat Hari Valentine Indonesia.
di rayakan, di laksanakan, di perkosa
BalasHapuscoba bedakan antara di atas, di bawah, di kolam, di kamar, di kebun
terimakasih
Terimakasih evaluasinya.
Hapus